Di usia remaja Sekolah Menengah Pertama (SMP), kecenderungan untuk menunda-nunda tugas, atau prokrastinasi, adalah tantangan umum yang dapat menghambat potensi akademik. Oleh karena itu, SMP memiliki peran penting dalam membekali siswa dengan keterampilan Mengatasi Prokrastinasi melalui teknik-teknik praktis manajemen waktu dan motivasi. Mengatasi Prokrastinasi bukan hanya tentang kedisiplinan, tetapi juga tentang pemahaman psikologi di balik kebiasaan menunda dan cara mengubahnya menjadi tindakan yang produktif. Keahlian Mengatasi Prokrastinasi adalah soft skill utama yang akan membantu siswa sukses dalam studi lanjutan hingga dunia kerja.
Salah satu teknik paling efektif yang diajarkan oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP adalah metode “pecah tugas” (chunking). Prokrastinasi sering muncul karena tugas terasa terlalu besar dan menakutkan. Dengan memecah tugas besar (misalnya, proyek IPA) menjadi langkah-langkah kecil (misalnya, langkah 1: mencari literatur, langkah 2: menyusun kerangka, langkah 3: eksekusi), siswa merasa beban tugas lebih ringan dan mudah untuk memulai. Dalam sesi pelatihan produktivitas pada 22 April 2029, konselor di SMP Cerdas Kreatif memberikan latihan praktis memecah proyek matematika ke dalam 10 langkah spesifik.
Teknik kedua adalah aturan “5 Menit” atau “Mulai Saja”. Aturan ini mendorong siswa untuk berkomitmen hanya selama lima menit pada tugas yang paling sulit. Seringkali, kesulitan terbesar adalah memulai. Setelah lima menit berlalu, dorongan untuk menyelesaikan tugas akan lebih besar. Teknik ini sangat ditekankan oleh guru wali kelas saat sesi motivasi belajar di awal semester. Selain itu, SMP juga secara aktif mengajarkan siswa untuk mengidentifikasi dan menghilangkan gangguan (distraction block). Perpustakaan sekolah, yang merupakan area bebas gawai (kecuali untuk keperluan riset), menjadi tempat ideal untuk mempraktikkan fokus penuh, dengan jam operasional khusus untuk siswa SMP hingga pukul 16.00 WIB setiap hari.
Aspek dukungan lingkungan juga menjadi penentu keberhasilan Mengatasi Prokrastinasi. Sekolah memastikan area belajar di luar kelas tetap tenang dan aman. Untuk menjaga area belajar seperti taman baca dan gazebo tetap kondusif, sekolah bekerja sama dengan petugas keamanan. Pada jam-jam pulang sekolah (pukul 15.00-16.00 WIB), dua petugas Satpam berpatroli untuk memastikan area tersebut tidak digunakan untuk kegiatan yang mengganggu ketenangan siswa yang sedang belajar atau menyelesaikan tugas. Dengan mengintegrasikan teknik psikologis dan dukungan fisik, SMP berhasil membekali siswa dengan strategi efektif untuk mengubah kebiasaan menunda menjadi kebiasaan bertindak.
